Senin, 25 Juli 2011

Harimau 'Gigi Pedang' Purba Ini Vegetarian

Ilmuwan Amerika Serikat terkejut saat melihat hasil penelitiannya tentang hewan terkuat di dunia, Harimau Sabertooth, yang diperkirakan hidup pada 260 juta tahun lalu. Keterkejutan itu bukan karena kemampuannya mencari mangsa, tapi karena karakteristik makanan. Peneliti menemukan ada jenis dari hewan ini yang vegetarian.

Seperti dilansir harian The Straits, Jumat 25 Maret 2011, peneliti menemukan sisa-sisa jenis tumbuhan di antara taring-taring giginya yang begitu menyeramkan.

http://www.perceptions.couk.com/imgs/sabertooth.gif
Sabertooth
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxXCOw7_sqDFXpgBDbu638k8Lzjeups7IS8yhI-SMdi2mGGCNlcixYZ5rt9jJDv4TWQSxsBCoO3SgtFZz5T7-dfW7uG0u4aUPIzIYlu8t1LOjmrAuKqZW0nTnJeoEjE_vCk-92ZyMIMnQL/s1600/SABERTOOTH.gif
Kerangka Sabertooth
Kucing raksasa seukuran anjing besar itu memiliki taring sepanjang sekitar 13 centimeter. Karakteristik taring sepanjang itu biasanya digunakan hewan untuk menangkap dan membunuh mangsanya sekaligus.

Dalam jurnal yang diterbitkan hari ini, Harimau Sabertooth yang memiliki kebiasaan vegetarian itu diduga hidup di dataran Brazil. Lalu, untuk apa gigi-gigi taringnya yang menyeramkan itu?

Menurut pimpinan peneliti dari Universitas Piaui di Timur Laut Brazil, Juan Carlos Cisneros, gigi-gigi yang panjang itu hanya digunakan untuk melindungi diri dari serangan musuh.

Misalnya, taring-taring itu digunakan saat perebutan teritori tempat hidup dan melindungi si betina. "Temuan hewan jenis ini menunjukkan bahwa betapa alam ini sangat kreatif memberikan solusi untuk kehidupan," kata Juan Carlos.

Harimau Sabertooth juga dikenal sebagai Harimau gigi pedang. Dengan taringnya yang menakutkan, hewan ganas ini paling populer dari binatang yang hidup di zaman es.

Pada umumnya, mereka merupakan karnivora yang paling mengesankan yang pernah hidup. Ada dua macam Sabertooth di dunia ini. Pertama, Harimau gigi pedang dari barat Amerika yang terkenal pada akhir zaman es. Kedua, harimau gigi pedang dari genus Smilodon. Harimau gigi pedang ini diperkirakan memakan binatang besar seperti kuda, kerbau, dan rusa.

Ilmuwan Temukan Kura-Kura Bertaring Tajam

Siapa yang menyangka meski bertubuh kura-kura, makhluk ini miliki taring tajam layaknya mamalia yang gemar memangsa. Yang menarik, hewan itu malah vegetarian.

Ilmuwan menemukan binatang bertarung tajam mirip kura-kura, dikenal dengan nama Tiarajudes eccentricu. Meski menyeramkan, hewan itu termasuk vegetarian dan menggunakan taringnya untuk melawan predator ataupun musuh.

Headline
Ilustrasi (dailymail.co.uk)


Ahli paleontologi vertebrata Juan Carlos Cisneros dari Federal University of Piaui di Teresina, Brazil, mengatakan kepada LiveScience, "Jika Anda bertanya kepada saya seberapa mengejutkan penemuan fosil ini, saya cuma bisa mengatakan keberadaan fosil aneh Tiarajudens eccentricus sama seperti penemuan sebuah unicorn (kuda bertanduk).”

Selain gigi bertaring tajam, makhluk itu memiliki mulut yang sepenuhnya ditutupi gigi. Karena saat hewan tersebut menjelajahi Bumi belum ada rumput,

Diperkirakan Tiarajudens eccentricu mengkonsumsi batang tumbuhan ataupun daun. Cisneros memperkirakan hewan itu memiliki kebiasan mirip sapi dan domba.

"Temuan ini menunjukkan adanya komunitas herbivora di lingkungan darat lebih dari 260 juta tahun lalu," kata Cisneros.

Penelitian itu dipublikasikan di jurnal Science edisi 25 Maret.

Tags: Aneh Ilmuwan Temukan Kura-Kura Bertaring Tajam, Wow Aneh Ilmuwan Temukan Kura-Kura Bertaring Tajam

Arkeolog Temukan Fosil Simosuchus, Buaya Purba Vegetarian

Sejumlah arkeolog telah menemukan kerangka buaya purba vegetarian yang memiliki hidung mirip hidung babi.

Dikenal dengan nama Simosuchus, reptil ini hidup di Madagaskar menjelang akhir jaman dinosaurus-sekitar 66 juta tahun lalu.

Simosuchus berbeda dengan buaya pada umumnya--bermoncong tumpul, bentuk gigi pendek dan tubuh dilapisi semacam kulit seperti baju besi bertulang.

Simosuchus lebih mirip Armadillo dibandingkan dengan buaya biasa, yang bergerak perlahan pada habitat berumput.

Dr. Christopher Brochu, pakar fosil buaya dari Universitas Lowa mengatakan, “Simosuchus merupakan bentuk buaya paling aneh yang pernah ditemukan.”

Memiliki dua kaki panjang, berbadan gemuk dengan moncong tumpul dan memiliki ekor paling pendek dari jenis buaya yang diketahui--Simosuchus tidak dilengkapi organ untuk merebut mangsa hewan seperti kebanyakan buaya modern.

“Simosuchus bertahan hidup di daratan, berperawakan bungkuk dengan postur tubuh lebar yang berarti tidak terlalu lincah atau gesit,” ujar Joseph Sertich, salah satu anggota tim peneliti.

Selain itu, reptil ini memiliki rahang bawah yang pendek dan lemah, dengan gigi berbentuk daun yang hanya memungkinkan untuk mengunyah tumbuh-tumbuhan.

Simosuchus hidup pada habitatnya di padang rumput kering Madagaskar. Buaya ini menyelamatkan diri dari dinosaurus predator dengan membungkukkan badan.

“Dituntut perawatan cermat demi keutuhan dan kelestarian spesimen ini,” ujar Krauser, ilmuwan Universitas Stony Brook, sepeti dilansir Daily Mail.

“Khusus tengkorak dan rahang bawah diawetkan secara khusus,” ujar Kley, asisten profesor Ilmu Anatomi, Universitas Stony Brook.

“Ini, dikombinasikan dengan CT scan resolusi tinggi dari spesimen yang diawetkan paling sempurna, yang memungkinkan kami untuk menggambarkan struktur dari kerangka kepala—baik eksternal maupun internal secara detail bahkan hingga saluran urat saraf terkecil dan pembuluh darah.”

Fosil Hiu Purba Berusia 300 Juta Tahun Ditemukan di Pertambangan

Seorang penambang di Kentucky, Amerika Serikat, baru saja menemukan fosil hewan purba. Fosil tersebut berupa tulang rahang ikan hiu purba yang ditemukan di dalam tambang Kentucky pusat. Saat ini, fosil tulang hiu tersebut sedang dipajang di University of Kentucky.

Pertama kali, fosil itu ditemukan pada Februari silam, tepatnya di Webster County, Kentucky, AS. Penemunya adalah Jay Wright, pria berusia 25 tahun yang bekerja sebagai buruh tambang. Ia bekerja dalam tambang sedalam 210 meter.

Hiu jenis Edestus (gambar: Wikipedia)


Fosil rahang ikan hiu purba jenis Edestus (media.kentucky.com)

Setelah diteliti, fosil tulang rahang hiu purba itu diestimasi berusia 300 juta tahun. Para peneliti mengatakan kemungkinan besar hiu tersebut merupakan gen Edestus yang memiliki habitat di laut yang sekarang telah menjadi Kentucky.

"Astaga, benda apakah ini?" kata Wright saat menceritakan saat pertama kali dia menemukan fosil tersebut di dalam liang tambang, yang dikutip VIVAnews dari Straits Times, Minggu 10 April 2011.

Sementara itu, Jerry Weisenfluh, Associate Director of the Kentucky Geological Survey in Lexington mengatakan bahwa fosil berukuran besar seperti ini sangatlah langka. Tak heran jika fosil tersebut menyita perhatian pengunjung di lobi Gedung Pertambangan dan Mineral di University of Kentucky.

Fosil Hiu Purba Ditemukan di Pertambangan, Wow Fosil Hiu Purba Ditemukan di Pertambangan, Pria Temukan Hiu Purba di Pertambangan

Burung Zaman Dinosaurus Gunakan Hidung untuk Bertahan Hidup

Ilmuwan mengklaim indera penciuman menjadi cara optimal bagi burung di zaman dinosaurus untuk bertahan hidup. Berbeda dengan dinosaurus, burung terus hidup. Kenapa?

Ilmuwan percaya, meskipun burung berevolusi menjadi makhluk lebih kecil, berbulu namun ternyata indera penciuman mereka tetap berkualitas sejalan meningkatnya sistem keseimbangan dan koordinasi penerbangan hewan ini.

Burung jaman Dinosaurus

"Indera penciuman itulah yang membantu kehidupan burung," ujar Darla Zelenitsky, ahli paleontology di University of Calgary.

Untuk melihat bagaimana indera penciuman burung berubah sejalannya evolusi, ilmuwan menganalisis 130 jenis burung yang hidup, tujuh fosil burung dan 20 jenis fosil dinosaurus Theropoda serta Tyrannosaurus rex.

Ilmuwan menemukan bahwa indera penciuman burung berkembang dengan baik selama evolusi Theropoda menjadi burung modern. Namun, ada beberapa jenis burung yang mengalami penurunan kualitas penciuman.

"Beberapa burung modern menunjukkan kualitas penciuman yang baik untuk mencari makan dan navigasi. Ini menjadi keunggulan kompetitif atas dinosaurus lain untuk bertahan hidup," kata Zelenitsky yang mempublikasikan penelitiannya di jurnal Proceedings of the Royal Society B.

Sumber Mitologi Yunani dari Fosil Purba

http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2011/04/14/1842127620X310.jpg

Bangsa Yunani telah lama mempelajari fosil purbakala dan diperkirakan menjadikannya sebagai sumber inspirasi mitos mereka. Sepotong tulang paha makhluk purba diperkirakan telah menjadi sumber inspirasi dalam pembentukan mitos bangsa Yunani kuno.
Bangsa Yunani telah lama mempelajari fosil purbakala dan diperkirakan menjadikannya sebagai sumber inspirasi mitos mereka. Sepotong tulang paha makhluk purba diperkirakan telah menjadi sumber inspirasi dalam pembentukan mitos bangsa Yunani kuno.

http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2011/04/14/1842127620X310.jpg

Potongan tulang yang dikenal dengan nama tulang Nichoria itu merupakan bagian dari tubuh mamalia purba raksasa yang hidup di selatan Yunani sekitar satu juta tahun yang lalu.

Setelah orang-orang Yunani kuno menemukannya, muncullah makhluk-makhluk buas dalam mitologi Yunani klasik yang inspirasinya bersumber dari tulang tersebut.

Menurut Adrienne Mayor, seorang peneliti Classics and History of Science di Stanford University, fosil-fosil spesies purba raksasa, seperti halnya tulang Nichoria, kemungkinan besar menjadi sumber inspirasi bagi terciptanya makhluk-makhluk buas legendaris dari mitologi klasik.

Lebih lanjut, Mayor menggali akar beberapa mitos Yunani klasik dan menemukan bukti yang menunjukkan fosil prasejarah ditemukan di tempat yang sama berkembangnya mitos tentang makhluk raksasa muncul.

Mayor memperkirakan, orang Yunani kuno menemukan fosil tulang tersebut dalam batu bara muda di cekungan Megalopolis yang dalam kajian prasejarah dikenal sebagai Medan Pertempuran Para Raksasa.

"Banyaknya fosil tulang raksasa di tempat itu memunculkan mitos tetang terbunuhnya seluruh tentara raksasa oleh hantaman petir Zeus," tambah Mayor.

Tulang Nichoria sendiri ditemukan di sebuah akropolis kuno di Nichoria antara tahun 1969 dan 1975 oleh para ahli arkeologi anggota tim Minnesota Messenia Expedition.

Fakta bahwa tulang itu disimpan dalam akropolis yang berada 35 mil dari batu bara muda tempat tulang ditemukan menunjukkan bahwa bangsa Yunani kuno memiliki ketertarikan besar terhadap fosil.

Arkeolog Berhasil Menemukan Dinosaurus "Iblis" Periode Triassic

http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2011/04/14/1653593620X310.jpg

Dinosaurus baru yang diberi nama "Evil Spirit Buck-Toothed Reptile" alias reptil roh setan bergigi jelek atau dalam nama ilmiah Daemonosaurus chauliodus ditemukan di New Mexico. Si iblis ini merupakan dinosaurus penghubung antara dinosaurus tertua dan dinosaurus Jurassic spesies theropod.
Dinosaurus baru yang diberi nama "Evil Spirit Buck-Toothed Reptile" alias reptil roh setan bergigi jelek atau dalam nama ilmiah Daemonosaurus chauliodus ditemukan di New Mexico. Si iblis ini merupakan dinosaurus penghubung antara dinosaurus tertua dan dinosaurus Jurassic spesies theropod.

http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2011/04/14/1653593620X310.jpg

Dinosaurus yang hidup 205 juta tahun yang lalu ini setinggi anjing besar dengan tulang yang tidak biasa. Demikian jelas Hans-Dieter Sues, ahli purbakala vertebrata di National Museum of Natural History di Washington DC. "Moncongnya pendek dan gigi depannya besar-besar," katanya. Ia juga menambahkan, "Jenis struktur tulang yang tidak dikira pada waktu itu untuk dinosaurus predator."

Dinosaurus tertua yang diketahui hidup 230 juta tahun yang lalu, dalam Periode Triassic. Setelah itu, ada jeda besar dari hasil temuan fosil. Banyak ahli memperkirakan bahwa dinosaurus-dinosaurus awal punah. "Setelah itu predator yang lebih rumit mengambil alih kemudian terjadi diversifikasi pada peralihan periode Triassic ke Jurassic," kata Sues.

Daemonosaurus c ini merupakan jembatan yang menghubungkan kedua grup dinosaurus. Dari fosil yang ditemukan, dinosaurus ini memiliki beberapa ciri yang menghubungkan jeda evolusi antara dinosaurus awal ke dinosaurus yang lebih modern. Berdasarkan analisis terhadap fosil yang ditemukan, dinosaurus ini memiliki ciri Triassic dengan beberapa ciri dari Jurassic.

Ciri Triassic yang dimilikinya, misalnya, jeda kecil antara lubang hidung dan rongga mata. Tulang yang berkaitan dengan kantong udara yang seperti sistem paru-paru burung juga masih punya ciri primitif. Ciri dinosaurus yang lebih modern yang dimiliki Daemonosaurus c ada pada gigi.

"Ini adalah bukti bahwa dinosaurus punya distribusi yang lebih luas," jelas Sue.

Peneliti Amerika Ungkap Kebiasaan Makan Dinosaurus

Menurut peneliti Amerika Serikat (AS), film Jurassic Park memiliki satu konsep benar, velociraptor berburu di malam hari sedangkan dinosaurus herbivora sebaliknya.

Pemahaman konvensional menyatakan, dinosaurus hanya aktif di siang hari, sementara malam hari dihuni mamalia awal berukuran kecil.
Namun menurut National Science Foundation, studi pada fosil tengkorak dan soket mata dinosaurus membuktikan keefektifan prediksi apakah hewan aktif di siang atau malam hari.

Dinosaurus

Ryosuke Motani dan Lars Schmitz dari University of California menerapkan teknik ini pada fosil dinosaurus herbivora dan karnivora, reptil terbang pterosaurus serta burung purba.

Dinosaurus besar pemakan tanaman aktif di siang dan malam hari dikarenakan hewan ini harus makan setiap saat, sedangkan velociraptor dan karnivora kecil lain melakukannya di malam hari.

Schmitz dan Motani tak bisa mempelajari karnivora besar seperti Tyrannosaurus Rex karena tak ada fosil yang memiliki soket mata memadai.

Ilmuwan Temukan Fosil Laba-Laba Terbesar Jaman Dinosaurus

Ilmuwan menemukan fosil laba-laba besar dari jaman dinosaurus di tumpukan abu vulkanik kuno di Mongolia, Daratan China.

Laba-laba yang diberi nama Nephila Jurassica tersebut ditemukan terkubur di dalam abu vulkanik kuno di wilayah Mongolia.

Fosil berusia 165 juta tahun tersebut adalah jenis tertua dari laba-laba raksasa yang hidup hari ini, Nephila, yang ukurannya cukup besar untuk memangsa burung dan laba-laba. Demikian seperti yang dikutip dari Fox News, Kamis (21/4/2011).

Fosil Nephila Jurassica (foto: Paul Selden)

Fosil tersebut memiliki ukuran lebar tubuh 2,5 cm dan kaki sepanjang 6,3 cm, hampir mirip dengan laba-laba raksasa yang ada sekarang

"Laba-laba raksasa ini mungkin hidup di hutan yang berdekatan dengan danau," ujar Paul Selden dari Paleontological Institute di University of Kansas.

"Mungkin juga dulu ada gunung di dekat lokasi penemuan fosil, ini terlihat dari tumpukan abu vulkanik kuno di sekitar fosil temuan ini," tambahnya.

Selden mengatakan penemuan ini bisa membantu pemahaman kita akan evolusi laba-laba dari jaman dinosaurus hingga saat ini.

Para ilmuwan tersebut menjelaskan detil lengkap penemuan ini di jurnal online Biology Letters edisi 20 April.

Arkeolog Temukan Tambang Baja Berusia 12 Ribu Tahun

Para arkeolog telah menemukan sebuah tambang baja oksid berusia 12 ribu tahun di Chile, yang merupakan bukti tambang tertua yang pernah ditemukan.

Laporan yang akan dipublikasikan dalam jurnal Current Anthropology menungkap bahwa tim peneliti yang dipimpin oleh Diego Salazar dari Universidad de Chile, menemukan tambang sedalam 40 meter di kota pantai Taltal, selatan Chile.
Tambang tersebut digali oleh orang-orang Huentelauquen, yang pertama menempati wilayah tersebut. Demikian seperti yang dikutip oleh Eurika Alert, Jumat (20/5/2011).

Tambang tertua di Chile

Orang-orang Huentelauquen menggunakan baja oksid untuk mewarnai batu dan tulang yang dijadikan aksesoris mereka. "Mungkin juga untuk mewarnai tubuh dan pakaian mereka," ungkap para peneliti.

"Ini membuktikan bahwa pertambangan sudah dikenal sejak lama, dan membutuhkan kemampuan khusus," tulis Salazar di Current Anthropology.

Sekira 700 kubik meter dan 2 ribu ton batu digali dari tambang tersebut. Usia karbon yang ditemukan pada arang kayu dan kerang dalam tambang tersebut mengisyaratkan kalau situs tersebut berusia 12 ribu tahun yang lalu, yang kemudian digunakan kembali sekira 4.300 tahun yang lalu. Selain itu, para peneliti juga menemukan lebih dari jenis bebatuan dari jaman awal penggunaan tambang tersebut.

"Eksploitasi lebih dari seribu tahun pada tambang tersebut, mengindikasikan pengetahuan mengenai lokasi, zat yang terkandung di dalamnya, serta teknik penggaliannya, sudah diwariskan selama berabad-abad oleh masyarakat Huentelauquen," tulis pihak peneliti.

Sebelum penemuan ini, sebuah tambang tembaga kuno juga ditemukan di wilayah Amerika Utara yang berusia sekira 4.500 tahun.

Peneliti Temukan 17 Piramida yang Hilang di Mesir

Dari survey satelit terbaru yang dilakukan di Mesir, ditemukan 17 piramida yang hilang serta lebih dari 1.000 makam serta 3.000 peninggalan kuno.

Dikutip dari laporan BBC, 26 Mei 2011, survey dilakukan menggunakan pencitraan infra merah dari satelit untuk mendeteksi bangunan di bawah tanah. Penelitian sendiri dilakukan di sebuah laboratorium yang didukung oleh NASA di Birmingham, Alabama, Amerika Serikat.

Piramida tersebut ditemukan oleh pencitraan infra merah yang dilakukan dari satelit di luar angkasa. Dari pencitraan, diketahui terdapat berbagai material di bawah permukaan tanah.
Penelitian memanfaatkan satelit yang berada di jarak 700 kilometer dari permukaan Bumi yang dilengkapi kamera yang mampu menunjukkan secara tepat objek di bumi dengan ukuran kurang dari 1 meter. Citra infra merah itu kemudian mendapati berbagai material berbeda yang ada di bawah permukaan.

“Menemukan dan menggali piramida merupakan mimpi dari setiap arkeolog,” kata Sarah Parcak, ketua tim peneliti tersebut pada BBC.

Di saat yang sama, dikutip dari laporan Associated Press, pemerintah Mesir kembali membuka kuburan tujuh orang, termasuk mereka yang melayani raja Tuankhamen bagi turis setelah makam tersebut selesai dipugar.

Mesir berharap bahwa kuburan di New Kingdom Cemetery, South Saqqara akan mengundang turis untuk datang ke kawasan tersebut. Seperti diketahui, industri pariwisata mesir sangat terpukul akibat revolusi dan ketidakpastian kondisi politik yang terjadi.

Sebagai bukti, menurut laporan, jumlah turis yang hadir ke negeri itu turun 46 persen pada kuartal pertama tahun ini.

Kembali ke penemuan 17 piramida yang hilang, sebagai tindak lanjut dari penemuan tersebut, Parcak dan sekelompok tim peneliti lain akan melakukan investigasi terhadap temuan awal itu dan akan dipublikasikan pada 30 Mei 2011 mendatang.

Peneliti Temukan 17 Piramida yang Hilang di Mesir, Ditemukan 17 Piramida yang Hilang di Mesir, Wow, Ditemukan 17 Piramida yang Hilang di Mesir

'Kota Hilang' Suku Maya Ditemukan di Guatemala

Kota kuno suku Maya, Holtun, atau Head of Stone, yang tersembunyi selama berabad-abad ditemukan di dalam hutan hujan Guatemala.

Menurut penelitian yang dipresentasikan awal bulan ini, sebuah peta tiga dimensi mampu memperlihatkan ratusan bangunan yang tertutup oleh pohon. Demikian seperti yang dikutip dari New Kerala, Jumat (29/4/2011).

Warga setempat di sekitar lokasi sebenarnya sudah mengetahui bahwa ada bangunan besar yang tersembunyi di balik hutan tersebut, namun baru sekarang para arkeolog bisa menemukan kota tersebut.

Salah satu situs temuan di kota Holtun

Dengan menggunakan GPS dan perangkat elektronik canggih, para arkeolog berhasil melacak lokasi kota dan sebuah piramid dengan tujuh tingkat.

Pimpinan peneliti, Brigitte Kovacevich, seorang arkeolog di Southern Methodist University, Dallas, mengingatkan kalau beberapa bangunan digunakan sebagai temapt penguburan raja-raja.

"Seringkali para arkeolog mencari piramid atau kuil terbesar untuk menemukan makam raja, tapi pada era 600 sampai 300 tahun sebelum masehi, raja bukanlah pusat dari kebudayaan, jadi mungkin saja ia dikubur di dalam rumah biasa," ujar Kovacevich.

"Hal itulah yang menyebabkan banyak raja dari jaman tersebut luput dari para arkeolog," tambahnya.

Kota kuno Head of Stone atau Holtun, yang berukuran panjang satu kilometer dan lebar 0,5 kilometer, menjadi salah satu pusat kebudayaan suku Maya, dan menjadi tempat bermukim dari 2 ribu warga.

Tapi saat ini, bangunan tersebut terkubur oleh tanah dan pepohonan, hingga hampir sulit terlihat oleh mata telanjang.

Para peneliti berharap dapat mulai menggali dan meneliti bangunan tersebut, termasuk piramid yang menjadi pusat kota tersebut.

Ilmuwan Temukan Bukti Persaingan Pada Fosil Ichthyosaurus

Kehidupan samudra di zaman purba pun diwarnai persaingan. Bekas gigitan pada fosil membuktikan hal tersebut.

Para ahli menemukan bekas gigitan yang telah sembuh pada rahang bawah ichthyosaurus, reptil laut serupa lumba-lumba yang hidup di zaman dinosaurus.
Mereka melihat bekas gigitan yang cukup jelas terlihat itu saat membersihkan dan menyusun kembali kerangka ichthyosaurus di laboratorium.

Ilustrasi Ichtyosaurus.

Ukuran dan jarak gigi yang terdapat pada bekas gigitan cocok dengan beberapa jenis hewan lain. Meski begitu, para ahli yakin, bekas gigitan tersebut merupakan gigitan ichthyosaurus dewasa lainnya.

Mereka pun menyimpulkan, penyebab luka adalah pertarungan yang terjadi ketika bersaing memperebutkan makanan, pasangan kawin, ataupun wilayah kekuasaan. Adanya bukti-bukti kesembuhan luka menunjukkan, hewan ini berhasil bertahan hidup dari serangan yang terjadi.

"Jejak patologis pada tulang dan gigi yang telah menjadi fosil membuka wawasan kehidupan dan perilaku sosial baru dari hewan yang telah punah," kata Benjamin Kear, salah satu ahli yang terlibat dalam studi tersebut yang juga seorang asisten profesor Palaeobiology Programme di Uppsala University, dalam rilis persnya, Rabu (4/5/2011).

Ichthyosaurus adalah reptil predator laut yang dapat berenang dengan cepat dan memangsa ikan dan hewan serupa cumi-cumi. Panjang tubuh ichthyosaurus dewasa bisa mencapai 6 meter, dengan bentuk kepala bermoncong panjang seperti lumba-lumba. Susunan gigi ichthyosaurus mirip dengan buaya, dengan jumlah lebih dari 100 buah.

Bukti Persaingan, Fosil Bekas Gigitan, Pesaingan perebutan makanan pada jaman dinosaurus

Ditemukan, Fosil Semut Seukuran Burung

Sungguh kejutan. Ditemukan fosil semut "monster" di Wyoming, Amerika Serikat, yang diperkirakan berumur 50 juta tahun. Disebut monster karena panjang tubuhnya 5 sentimeter, sedangkan temuan di luar AS "hanya" 3 sentimeter.

Fosil utuh itu ditemukan pada Formasi Green River oleh kolektor fosil, Louis Lube. Kini fosil itu disimpan di Museum Sains dan Alam Denver.


Ukuran fosil semut ini seukuran burung

"Ini semut raksasa, seperti jenis semut raksasa lain di Jerman," kata ahli serangga purba, Bruce Archibald, dari Simon Fraser University, ketika disodori temuan itu oleh kurator museum.

Archibald menamainya Titanomyrma lubei. Ada pertanyaan seputar keberadaan semut raksasa di sejumlah benua. Diduga si semut monster itu bermigrasi dari benua di luar Amerika ke Wyoming, beberapa juta tahun silam, melintasi daratan Arktik ketika temperaturnya masih hangat.

Ilmuwan Pelajari Misteri Kepunahan Thylacine

Binatang berkantong yang telah punah, thylacine, diketahui berburu mangsa seperti kucing ketimbang anjing meski anatomi binatang itu menyerupai anjing. Fakta ini memaksa ilmuwan mencari teori baru atas kepunahan binatang asal Australia, Tasmania, dan Guinea Baru itu.

Thylacine memiliki rupa yang unik. Binatang ini memiliki kepala menyerupai anjing, rambut punggung bercorak belang, dan membawa anaknya menggunakan kantong di perutnya. Hal inilah yang membuat binatang ini dijuluki harimau Tasmania dan serigala berkantong.


Gambar sketsa Thylacine (depan) dan Dingo.

Binatang ini terakhir terlihat di Australia 3.000 tahun lalu. Pada mulanya, peneliti berpendapat thylacine kalah bersaing dengan spesies anjing liar dingo karena menggunakan strategi berburu yang sama. Kekalahan ini membuat thylacine punah.

"Dingo adalah spesies serigala. Mereka jenis pelari," ujar Borja Figuerido, peneliti dari Brown University. "Jika thylacine adalah penyergap, teori kepunahan akibat kalah bersaing dengan dingo kurang memungkinkan."

Peneliti mempelajari sambungan tulang siku binatang itu dan membandingkannya dengan 31 mamalia lain. Mereka menemukan sendi siku thylacine menyerupai sendi kucing yang memungkinkan gerakan memutar cakar. Anjing dan serigala tidak memiliki kemampuan seperti itu. "Karakter anatomi mengungkap strategi berburu thylacine," ujar Figuerido. "Mereka lebih mungkin sebagai penyergap."

Terbatasnya kemampuan rotasi sendi siku anjing dan serigala menjadikan binatang ini, juga dingo, sebagai pelari yang cepat. Akibatnya, mereka berburu dalam kelompok besar, membuntuti mangsanya dari jarak jauh. Adapun dari hasil penelitian, peneliti menyimpulkan thylacine merupakan pemburu penyendiri dan menyerang mangsa dengan cara menyergap layaknya kucing.

Mamalia berkantong atau marsupial banyak ditemui di Australia dan beberapa kawasan di bumi belahan selatan. Binatang tipe ini mirip mamalia berplasenta, seperti manusia, anjing, dan kucing, tapi terpisah dari pohon evolusi pada Periode Cretaceous sekitar 125 juta tahun lalu.

Evolusi dua kelompok mamalia ini adalah contoh evolusi konvergen, yaitu dua kelompok berbeda pada lokasi berbeda mengembangkan morfologi yang sama untuk menghadapi habitat serupa. Thylacine sendiri pada awalnya dianggap sebagai perwujudan serigala berkantong, dengan ukuran tubuh dan kebiasaan makan yang sama. "Namun konsep ini harus ditinjau ulang," ujar dia.

Dengan Sinar-X, Ilmuwan Ungkap Fosil Laba-laba Berusia 49 Juta Tahun

Teknologi pencitraan dengan komputer berhasil menguak keberadaan fosil laba-laba yang telah terjebak selama 49 juta tahun di batu ambar. Ambar adalah resin pohon yang telah membatu, sementara resin adalah bahan semipadat semacam getah yang dikeluarkan dalam kantong atau saluran melalui sel epitel pada tanaman.

Dalam publikasinya di jurnal Naturwissenscaften terbaru, ilmuwan mengungkapkan bahwa fosil laba-laba yang terjebak dalam ambar itu termasuk genus yang masih eksis hingga kini, yakni Sparassidae atau kelompok laba-laba huntsman. Nama spesies laba-laba itu sendiri adalah Eusprassus crassipes.


Fosil Eusprassus crassipes berumur 49 juta tahun terjebak di dalam batu ambar, resin yang mengeras. Bentuknya terlihat dengan sinar-X.

David Penney, ilmuwan Universitas Manchester, yang melakukan penelitian ini, mengatakan, "Kepingan ambar yang tua dan bersejarah ini telah bereaksi dari waktu ke waktu dan sekarang menjadi gelap dan retak, membuat sulit untuk mengenali spesimen hewan yang ada di dalamnya." Untuk melihatnya, ilmuwan harus menggunakan teknik tomografi sinar-X.

"Hasilnya mengagumkan. Tomografi komputer menghasilkan citra 3 dimensi dan klip dengan kualitas yang bagus. Kita mampu membandingkan detail dari fosil dalam ambar tersebut dengan laba-laba yang masih hidup," lanjut Penney. Tak diragukan, fosil itu merupakan kelompok laba-laba huntsman.

"Hasil penelitian ini menarik karena metode yang digunakan ternyata berhasil dan bahwa spesimen penting yang terjebak dalam ambar yang gelap bisa diinvestigasi dan dibandingkan dengan kerabatnya yang masih eksis hingga kini," urai Penney. Menurut dia, 1.000 jenis laba-laba telah diidentifikasi dan sebagian besar ditemukan di ambar.

Laba-laba huntsman, seperti yang dideskripsikan Penney, memiliki ukuran relatif besar, aktif, dan sebenarnya sulit terjebak di ambar. Jenis laba-laba ini kini bisa ditemukan di wilayah tropis Eropa selatan. Namun, 50 juta tahun lalu spesies ini hidup di wilayah Eropa tengah.

Ilmuwan Ungkap Fosil Laba-laba Berusia 49 Juta Tahun, Sinar-X Ungkap Fosil Umur 49 Juta Tahun, Menggunakan Sinar-X, Ungkap Fosil Umur 49 Juta Tahun

Anomalocaridid, Predator Terbesar di Bumi Pada Zaman Cambrian

Monster ini adalah predator paling besar di dunia di zamannya. Ia hidup jutaan lalu, tumbuh membesar dan terus bertahan dalam kurun waktu yang begitu panjang.

Hewan laut yang lebih dikenal sebagai anomalocaridid itu sebenarnya tak begitu besar. Ukurannya antara 0,6 - 1,8 meter. Namun di masanya ia merupakan predator dengan ukuran tubuh yang paling besar.

Spesies yang bentuknya mirip udang itu punya bagian tubuh yang lunak, perut yang bergerigi, serta anggota tubuh mirip sungut, yang berduri. Fungsinya adalah untuk menyeret cacing atau mangsa lainnya untuk dilahap.


Anomalocaridid
"Hewan ini berada di atas mata rantai makanan. Ia adalah predator yang tak tertandingi di masanya," ujar Peter Van Roy, seorang paleobiologist dari Ghent University Belgia, seperti dikutip dari situs LiveScience.

Hasil riset terakhir menunjukkan bahwa binatang ini sempat merajai daerah perairan pada periode Cambrian pertengahan, antara 542 juta sampai 501 juta tahun yang lalu. Periode ini adalah masa di mana seluruh grup besar di kerajaan binatang muncul, dan ekosistem kompleks tengah terbentuk.

Bahkan , menurut peneliti Derek Briggs yang juga Direktur Yale Peabody Museum of Natural History, anomalocaridid adalah salah satu kelompok yang paling ikonik di antara grup-grup binatang di zaman Cambrian.

Fosil terbesar dari binatang ini ditemukan di gurun berbatu di sebelah tenggara Maroko, oleh kolektor bernama Mohammed Ben Moula. Dari fosil, diketahui bahwa predator ini hidup 30 juta tahun lebih lama daripada yang sebelumnya diperkirakan.

Dari fosil juga ditemukan struktur mirip 100 pedang fleksibel di setiap segmen di sepanjang punggung mereka. Para peneliti meyakini organ itu mungkin berfungsi sebagai insang. Ia hidup di dasar laut yang berlumpur, dengan kedalaman setidaknya 100 meter di bawah permukaan laut.

Menurut Van Roy, anomalocaridid bertahan sekian lama menunjukkan bahwa mereka mampu beradaptasi dengan baik dan merupakan predator yang sukses. Belum diketahui pasti apa penyebab anomalocaridid bisa punah.

Namun, ilmuwan curiga kepunahan binatang itu terkait dengan kemunculan dua predator lain di awal masa Ordovician (periode setelah Cambrian - sekitar 488 juta hingga 472 juta tahun silam), yakni eurypterid (kalajengking laut) dan nautiloid (seperti cumi-cumi dengan rumah kerang kerucut). Sebab, dua predator itu memiliki ukuran tubuh yang lebih besar.

"Sepertinya anomalocaridid tak bisa bersaing oleh predator-predator yang lebih canggih dan bisa beradaptasi lebih baik. Sementara anomalocaridid pada dasarnya memiliki tubuh yang lunak, eurypterid memiliki exoskeleton yang lebih keras. Adapun nautiloid punya kerang yang kokoh dan paruh yang bertenaga," kata Van Roy.

Anomalocaridid, Predator Terbesar Pada Zaman Cambrian, Mengenal Anomalocaridid, Predator Terbesar Pada Zaman Cambrian, Predator Terbesar di Bumi

Misteri Topi Merah Patung Moai di Pulau Paskah

Satu tim pakar arkeologi Inggris baru-baru ini mengaku telah menguak misteri topi merah patung Moai yang terletak di Pulau Paskah.

Melansir pemberitaan Daily Mail, Rabu (9/9) disebutkan, Dr Sue Hamilton dari University College London dan Dr Colin Richards dari University of Manchester merasa yakin bahwa topi-topi dari batu tersebut di masa lalu dibuat di sebuah ruang pembuatan tersembunyi di atas gunung berapi yang kemudian digulingkan ke bawah lereng.



Dikatakan, mereka telah merekonstruksi pola kerja dari pertambangan Puna Pau. “Kami tahu bahwa topi-topi itu dibuat dari semen dan debu berwarna merah, dan digulingkan sepanjang perjalanannya,” jelas Richard. Dia menambahkan kemungkinan penduduk primitif di sana menggulingkannya dengan tangan atau dengan balok-balok kayu.

Sebuah kapak untuk upacara juga ditemukan dekat topi-topi tersebut. Para ilmuwan memperkirakan bahwa kapak tersebut merupakan alat persembahan kuno. “Masyarakat Polynesia menilai patung sebagai benda yang bernyawa dan setelah memahatnya, jiwa mereka bersatu dengan patung itu.”

Para ilmuwan memperkirakan topi-topi batu merah tersebut muncul sekitar tahun 1200 dan 1300an di masa para penghuni pulau Easter mulai membuat moai yang lebih besar lagi untuk mengenang para leluhur.



Hamilton menambahkan topi bercorak merah tersebut merupakan simbol dari kelahiran. Tutup kepala yang berwarna tersebut merupakan representasi dari sebuah hubungan atau pakaian adat yang dipakai oleh kepala suku.

Terdapat lebih dari 1.000 patung ditemukan di kepulauan pasifik persisnya di Pulau Paskah yang terpencil 2.500 mil sebelah barat dari ini.

Peneliti Coba Ungkap Dua Ruangan Rahasia di Piramida Giza

Piramida Giza diduga menyimpan dua ruangan tersembunyi yang belum ditemukan. Kedua ruangan tersebut berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan perabotan pemakaman.

Dugaan itu disampaikan Jean-Pierre Houdin, peneliti piramid dari Perancis, setelah mempelajari data seorang ahli sejarah Mesir dari Amerika Serikat, Bob Brier, yang digabungkan dengan simulasi tiga dimensi (3D) yang dibuatnya.
Penelusurannya tersebut memberi petunjuk mengenai kemungkinan adanya dua ruangan rahasia di jantung bangunan besar itu.


Piramida Giza

"Saya yakin ada dua ruangan depan dalam piramida besar itu dan saya ingin menemukannya," katanya seperti dikutip situs Discovery News. Piramida Giza yang juga disebut Khufu atau Cheops sesuai penguasa yang membangunnya saatitu merupakan piramida tertua dan terbesar.

Kedua ruangan di dalam piramida tersebut diperkirakan sebagai tempat penyimpanan perabot yang digunakan pada kehidupan di alam baka oleh Firaun Khufu yang juga dikenal sebagai Cheops oleh orang Yunani. Menurut Houdin, petunjuk keberadaan ruangan depan itu didapatnya berdasarkan adanya ruangan serupa di Piramida Snefru, ayah dari Khufu. Oleh karena itu, kemungkinan besar rancangan yang sama juga dipakai di Piramida Giza.

Selain itu, balok-balok yang berada di tembok selatan ruangan sang raja di Piramida Giza mengindikasikan sebuah jalan yang terabaikan yang diduga menuju ke ruangan rahasia dan digunakan para peserta upacara pemakaman sebagai jalan keluar dari piramida.

Peneliti Coba Ungkap Dua Ruangan Rahasia di Piramida Giza,

Ilmuwan Italia Temukan Fosil "Sapi Laut" di Filipina

Ilmuwan Italia telah menemukan tulang dari spesies sapi laut (sirenia) yang hidup 20 juta tahun yang lalu di Filipina.

"Batuan kapur yang berada di atas air pada sungai bawah tanah di pulau Palawan, Filipina, memperlihatkan beberapa tulang punggung dan iga dari hewan tersebut," ujar Leonardo Piccini, geolog dari University of Florence.

Penemuan fosil dari spesies sapi laut tersebut diumumkan di Filipina. Piccini mengatakan bahwa cukup langka untuk menemukan fosil dari jaman Miocene, sekira 20 juta tahun yang lalu. Demikian seperti yang dikutip dari Red Orbit, Rabu (8/6/2011).


Sapi laut


"Ini adalah fosil pertama jenis sapi laut purba yang ditemukan di wilayah tersebut. Jadi sangat penting, untuk merekonstruksi habitat dari hewan yang bersangkutan di jaman Miocene," jelasnya.

Sementara pihak AFP, Rabu (8/6/2011), melaporkan bahwa fosil dari sapi laut jenis tersebut biasanya ditemukan di India, juga di Madagaskar, Pakistan, Sri Lanka dan pulau Jawa.

"Spesimen yang ditemukan di pulau Plawan mewakili penemuan pertama fosil sapi laut di Filipina," kata Piccini.

Ilmuwan Fedrico Panti dan Paolo Forti, anggota dari ekspedisi Palawa, menyatakan bahwa fosil yang ditemukan berasal dari satu di dua jenis sapi laut yang sudah punah. "Hewan ini memiliki ukuran panjang enam kaki," ujar mereka.

Saat ini ada dua jenis sapi laut yang masih hidup, mereka hidup di wilayah Indo-Pasifik dan lautan Atlantik.

Saat ini pemerintah Filipina melindungi situs penemuan fosil tersebut, yang telah menjadi tujuan objek wisata terbaru dari para turis.

Fosil 'Sapi Laut' Purba Ditemukan di Filipina, Wow,  Fosil 'Sapi Laut' Purba Ditemukan di Filipina, Ilmuwan Italia Temukan Fosil "Sapi Laut" di Filipina

Arkeolog Temukan Kapal Kuno Firaun 4.500 Tahun

Para arkeolog mulai menggali kapal kayu 4.500 tahun yang ditemukan dekat Piramida Agung Giza. Kapal ini diyakini membawa Fir�aun Khufu ke alam baka.

http://static.inilah.com/data/berita/foto/1636372.jpg

Kapal ini diyakini sebagai adat agama pembawa Fir�aun Khufu ke alam baka. Khufu yang juga dikenal sebagai Cheops ini dikreditkan sebagai pembangun Piramida Agung Giza. Pemimpin proyek restorasi Sakuji Yoshimura dari Wasela University mengatakan, salah satu kapal dari dua kapal yang ditemukan bertuliskan nama Khufu.

Khufu merupakan pendiri dinasti keempat di 2.680 SM dan menjadi pemimpin Mesir selama 23 tahun. Menteri Negara Barang Antik Mesir, Zahi Hawass mengakui penggalian ini 'salah satu proyek arkeologi dan konservasi terpenting dunia'.

Kapal ini aslinya ditemukan pada 1954 bersama kapal lainnya yang kemudian direstorasi dan dianggap sebagai salah satu temuan besar di dataran tinggi Giza. Para ahli mengakui kapal ini sebagai kapal tertua yang bisa bertahan hingga kini.

Setelah proses penggalian selesai, ilmuwan akan membuat skema komputer kapal ini untuk membantu rekonstruksinya. Restorasi temuan ini diperkirakan memakan waktu empat tahun. Setelah selesai, seperti dilaporkan Fox News, kapal ini akan dipamerkan di Solar Boar Museum dekat Piramida Agung Giza.